Selasa, 21 Oktober 2014

SOP Cara Menggunakan Neraca Analitik

Cara mempergunakan timbangan
1.    Sebelum menimbang
  1. Perhatikan apakah betul-betul neraca diletakkan mendatar dengan melihat water pas pada neraca
  2. Neraca harus selalu berada dalam posisi terkunci sebelum digunakan
  3. Piring neraca bersih dan pintu timbangan tertutup
  4. Tombol pengontrol dan mikrometer berat harus berada dalam posisi nol
2.    Meletakkan timbangan dalam posisi nol
  1. Dalam keadaan tanpa beban, pintu timbangan tertutup semua tombol pengontrol berat pada posisi nol
  2. Kunci dilepaskan dalam keadaan beban penuh
  3. Kalau skala optik telah berhenti bergerak, amati penunjuk skala nol dengan pengatur nol
  4. Kembalikan tombol pengunci ke posisi semula
3.    Meletakkan beban
  1. Neraca dalam posisi terkunci, letakkan beban ditengah piring neraca. Gunakan pinset (penjepit). Tangan jangan masuk ke dalam ruang neraca untuk menghindari perubahan suhu atau kelembaban yang lebih besar.
  2. Tutup pintu timbagan begitu selesai meletakkan bahan
  3. Jangan meletakkan bahan kimia atau contoh analisa langsung pada piring timbangan, gunakan cawan, kertas saring atau gelas arloji
4.    Penimbangan bahan
  1. Lepaskan tombol pengunci dalam posisi setengah terkunci
  2. Dengan tombol satuan gram cari berat kasar dari beban
  3. Kalau beban lebih besar dari 10 gram, gunakan tobol puluhan gram sampai terlihat skala bergerak bebas
  4. Kembalikan tombol pengunci ke posisi terkunci. Setelah berhenti sejenak, lepaskan tombol pengunci pada posisi bebas penuh
  5. Setelah skala berhenti, pembacaan yang tepat diatur oleh mikrometer
  6. Jumlah gram langsung dibaca disebelah kiri tanda titk dan angka disebelah kanan, titik dibaca dengan nonius atau dengan cara lain tergantung jenis timbangan. Ada yang sampai empat angka dibelakang titik
5.    Selesai menimbang
  1. Tuliskan angka hasil penimbangan pada catatan saudara
  2. Kembalikan tombol pengunci dalam posisi terkunci
  3. Ambil bahan (sampel) dari piring timbangan
  4. Kembalikan semua tombol pemberat ke posisi nol
PERHATIAN
1.    Meletakkan dan mengambil beban hanya apabila neraca dalam posisi terkunci
2.    Mengubah-ubah tombol puluhan atau satuan gram hanya dalam posisi setengan terkunci atau terkunci penuh
3.    Untuk menstandarisasi neraca, lihat petunjuk (manual) dari masing-masing neraca
4.    Setiap selesai menggunakan, neraca harus dalam keadaan bersih dan kering
5.    Jika menggunakan neraca analisis elektris sebelum digunakan, neraca dipanaskan 10 menit.

Selasa, 14 Oktober 2014

Video

Incredible Chemical Reaction

Superabsorbent Polymer - Chemical Reaction

Sulfuric Acid vs Sponge - Chemical Reaction

Melt Metal Easily! (Gallium)

Acetelene

Acetylene

Acetylene adalah gas yang sangat mudah terbakar dan meledak. Acetylene dapat dipergunakan sebagai bahan baker pengelasan, bahan baku industri synthenese, juga dapat mempercepat proses masak (pemeraman) buah-buahan, dan lain-lain.
1. Sifat Umum
Rumus Kinia : C2H2
Sifat Kimia
  • Merupakan gas yang mudah terbakar
Sifat Phisik
  • Tidak berwarna
  • Berbau seperti bawang
  • Berat molekul : 26,04 gr/mol
  • Spesifik grafity gas (21,11ºC, 1 atm) : 0,9053
  • Density sat. vapour (1 atm) : 1,730 gr/1
  • Density (21,11ºC, 1 atm) : 1,087 gr/1
  • Titik didih pada 1 atm : -83.61ºC (penyublim)
  • Titik kritis : 35,18ºC; 60,58 atm.abs
  • Titik tripel : -80,55ºC; 1,2651
  • Temperatur nyala sendiri : 305ºC
  • Explotion limit : 2,3 – 80% vol.
2. Bahaya
  • Acetylene bersifat memabukkan
  • Acetylene bersifat racun
  • 10% di udara tidak bersifat racun
  • 20% di udara memabukkan
  • 30% di udara syaraf otak tidak terkontrol
  • 33% di udara dalam tempo 7 menit bias pingsan sampai dengan 80% bias membius secara penuh, menurunkan tekanan darah, merangsang pada pernapasan.
  • Sangat bahaya apabila tekena panas, api, dan bahan-bahan oksidator.
  • Dapat menimbulakan ledakan apabila Acetylene tercampur dengan Tembaga, Kuningan, garam Cu, garam Hg, CO, Hg, garam Ag, K, Ag, RbH, CsH, Haolgen, HNO3, NaOH.
3. Keselamatan
  • Hindari dari menghisap gas Acetylene.
  • Jauhkan Acetylene dari sumber api, sumber panas, dan bahan-bahan oksidator.
  • Hindari kontak/tercampur antara Acetylene dengan Tembaga, Kuningan, garam Cu, garam Hg, CO, Hg, garam Ag, K, Ag, RbH, CsH, Haolgen, HNO3, NaOH.
  • Botol Acetylene harus selalu berdiri dan tertutup rapat.
  • Dilarang menggunakan botol baja Acetylene sebagai penyangga atau roller.
  • Dilarang merubah atau memindahpkan setiap tanda yang digunakan untuk petunjuk-petunjuk isinya.
4. Pemindahan Dan Penyimpanan
Pemindahan
  • Tutup botol baja harus dalam keadaan tertutup.
  • Tidak boleh dijatuhkan, berbenturan satu sama lain, menerima guncangan dan diseret.
  • Menurunkan botol baja dari truk harus diberi bantalan kayu atau karet.
  • Pemindahan botol baja harus menggunakan kereta dorong, dimana botol baja dalam keadaan tegak.
  • Tutup dengan rapat agar tidak kontak langsung dengan sinar matahari.
  • Selama pemindahan tidak boleh bercampur dengan bahan yang menimbulkan api atau oksidator.
Penyimpanan
  • Dilarang menyimpan botol baja Acetylene dekat bahan yang mudah menimbulkan api dan botol baja gas oksidator.
  • Dilarang menyimpan botol baja Acetylene dekat sumber api dan sumber panas lainna, termasuk kontak langsung dengan sinar matahari secara langsung.
  • Penyimapanan botol baja kosong dan botol baja berisi harus dipisahkan.
  • Botol baja harus disimpan di tempat yang aman tehadap getaran atau penyebab-penyebab lain yang mengakibatkan terjatuhnya botol baja.
  • Tutup valve harus selalu terpasag dengan baik.
  • Botol baja harus disimpan dalam ruangan yang tedu, kering, dan kedap api, dengan ventilasi yang baik dan jauhkan dari zat-zat yang bersifat korosif.
  • Ditempat penyimpanan disediakan seperangkat alat pelindungan pernapasan dan pemadam api.
5. Tindakan Penyelamatan
Terhadap bahaya racun :
  • Bawa korban ke rumah sakit terdekat
  • Apabila ada kebocoran Acetylene
  • Pindahkan korban ke tempat terbuka dan jauh dari sumber api, selanjutnya bawa korban ke rumah sakit terdekat.
  • Usahakan menutup sumber kebocoran, apabila tidak bias segera buang.
Tindakan yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran akibat api bali (flash back) adalah sebagai berikut :
  • Pindahkan botol baja ke tempat terbuka.
  • Kosongkan tempat tersebut kemudian padamkan api

Senin, 22 September 2014

Cara Penyimpahan Bahan Kimia

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya.  Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya.
Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas.
2.      Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan uap air.  Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga manusia.  Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap.  Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label.  Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik.  Pada tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus.  Api dari bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak.  Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :
a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udara
b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api
c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya
d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panas
e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
h. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodik
4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)[10]
Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat penyimpanan harus berjarak minimum 60[meter] dari sumber tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin.  Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak digunakan.  Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan.  Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api.  Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara.  Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar.  Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api.  Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun mengeluarkan panas atau gas-gas yang mudah menyala.  Karena banyak dari bahan ini yang mudah terbakar maka tempat penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang simpan.
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-gas yang mudah menyala.  Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala.  Bahan asam dan uap dapat menyerang bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi.  Jika konstruksi gudang trbuat dari logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap bahan asam.
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan.  Ruang penyimpanan harus dijaga agar sejuk , bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada peredaran hawanya.  Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.
9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)
Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek somatik dapat akut atau kronis.  Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad] sampai 5000[Rad] yang dapat menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan sindroma kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis terjadi pada dosis yang rendah.  Efek genetik mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada keturunan.  Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang mengandung radioaktif.  Pemakai zat radioaktif dan sumber radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja dengan zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari BATAN.  Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk memproteksi radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan, packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara.  Peraturan perundangan mengenai bahan radioaktif diantaranya :
  • Undang-Undang Nomor 31/64 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom
  • Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap radiasi
  • Peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang izin Pemakaian Zat Radioaktif dan atau Sumber Radiasi lainnya
  • Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan Zat Radioaktif

Minggu, 21 September 2014

Menangani Tumpahan Bahan Kimia

Pembuangan Limbah
Secara umum, metoda pembuangan limbah laboratorium terbagi atas empat metoda.
Pertama, pembuangan langsung dari laboratorium. Metoda pembuangan langsung ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat larut dala air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd, dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.
Kedua, dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
Ketiga, pembakaran dalan insenerator. Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan untuk bahan-bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat toksik.
Keempat, dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air. Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun.

Penanganan dan Pemusnahan Bahan Kimia Tumpahan
Disamping metoda-metoda yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa jenis tumpahan bahan kimia sisa yang perlu mendapatkan perlakuan khusus sebelum dibuang keperairan. Bahkan diantaranya perlu dimusnahkan sebelum dibuang. Diantara bahan-bahan kimia tersebut antara lain ;
1. Tumpahan Asam-asam Anorganik
Tumpahan asam-asam anorganik seperti HCl, HF, HNO3, H3PO4, H2SO4 haruslah diperlakukan dengan penanganan khusus. Bahan tumpahan tersebut permukaannya ditutup dengan NaHCO3atau campuran NaOH dan Ca(OH)2 dengan perbandingan1:1. Selanjutnya diencerkan dengan air supaya brbentuk bubur dan selanjutnya dibuang kebak pembuangan air limbah.
Basa Akali dan Amonia
Tumpahan basa-basa alkali dan ammonia seperti amonia anhidrat, Ca(OH)2, dan NaOH dapat ditangani dengan mengencerkannya dengan air dan dinetralkan dengan HCl 6 M. Kemudian diserap dengan kain dan dibuang.
3. Bahan-Bahan Kimia Oksidator
Tumpahan bahan-bahan kimia oksidator (padat maupun cair) seperti amonium dikromat, amonium perklorat, asam perklorat, dan sejenisnya dicampur dengan reduktor (seperti garam hypo, bisulfit, ferro sulfat) dan ditambahkan sedikit asam sulfat 3 M. selanjutnya campuran tersebut dinetralkan dan dibuang.
4. Bahan-Bahan Kimia Reduktor
Tumpahan bahan-bahan kimia reduktor ditutup atau dicampurkan dengan NaHCO3 (reaksi selesai) dan dipindahkan ke suatu wadah.. Selanjutnya kedalam campuran tersebut ditambahkan Ca(OCl)2 secara perlahan-lahan dan air (biarkan reaksi selesai). Setelah reaksi selesai cmpuran diencerkan dan dinetralkan sebelum dibuang ke perairan.
Untuk pemusnahan bahan reduktor (seperti Natrium bisulfit, NaNO2, SO, Na2SO2) dapat dipisahkan antara bentuk gas dan padat. Untuk gas (SO2), alirkan kedalam larutan NaOH atau larutan kalsium hipoklorit. Untu k padatan, campurkan dengan NaOH (1:1) dan ditambahkan air hingga terbentuk slurry. Slurry yang terbentuk ditambahkan kalsium hipoklorit dan air dan dibiarkan selama 2 jam. Selanjutnya dinetralkan dan dibuang ke perairan.
Sianida dan Nitril
Tumpahan sianida ditangani dengan menyerap tumpahan tersebut dengan kertas/tissu dan diuapkan dalam lemari asam, dibakar, atau dipindahkan kedalam wadah dan dibasakan dengan NaOH dan diaduk hingga terbentuk slurry. Kemudian ditambahkan ferro sulfat berlebih dan dibiarkan lebh kurang 1 jam dan dibuang keperairan.
Pemusnahan sianda dapat dilakukan dengan cara menambahkan kedalamnya larutan asa dan kalsium hipoklorit berlebih dan dibiarkan 24 jam. Selanjutnya dibuang ke perairan.
Untuk tumpahan nitril, ditambahkan NaOH berlebih dan Ca(OCl)2. setelah satu jam dibuang keperairan. Cuci bekas wadah dengan larutan hipoklorit.
Pemusnahan nitril dilakukan dengan menambahkan kadalamnya NaOH dan alkohol. Setelah 1 jam uapkan alkohol dan ditambahkan larutan basa kalsium hipoklorit. Setelah 24 jam dapat dibuang ke perairan.

APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Type-type APAR
Berdasarkan penjelasan dari Depnaker, APAR memiliki 2 type konstruksi, yaitu :
  1. Type Tabung Gas (Gas Container Type). Yaitu suatu pemadam yang bahan pemadamnya didorong keluar oleh gas bertekanan yang dilepas dari tabung gas.
  2. Type Tabung Bertekanan Tetap (Stored Pressure Type). Yaitu suatu pemadam yang bahan pemadamnya didorong keluar gas kering tanpa bahan kimia aktif atau udara kering yang disimpan bersama dengan tepung pemadamnya dalam keadaan bertekanan.
Jenis-jenis APAR
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) terdiri dari beberapa jenis, antara lain :
  1. Jenis Air (Water). APAR jenis air terdapat dalam bentuk stored pressure type (tersimpan bertekanan) dan gas cartridge type (tabung gas). Sangat baik digunakan untuk pemadaman kelas A.
  2. Jenis Busa (Foam). Jenis busa adalah bahan pemadam api yang efektif untuk kebakaran awa minyak. Biasanya digunakan dari bahan tepung aluminium sulfat dan natrium bicarbonat yang keduanya dilarutkan dalam air. Hasilnya adalah busa yang volumenya mencapai 10 kali lipat. Pemadaman api oleh busa merupakan sistem isolasi, yaitu untuk mencegah oksigen untuk tidak ikut dalam reaksi.
  3. Jenis Tepung Kimia Kering (Dry Chemical Powder). Jenis ini efektif untuk kebakaran kelas B dan C dan juga bisa kelas A. Tepung serbuk kimia kering berisi dua macam bahan kimia, yaitu Sodium Bicarboanat & Natrium Bicarbonat, Gas CO2 atau nitrogen sebagai pendorong. Khusus untuk pemadaman kelas D (logam) seperti Magnesium, Titanium, Zarcanium, dan lain-lain digunakan metal-dry powder yaitu campuran Sodium, Potasium, dan Barium Chloride.
  4. Jenis Halon. APAR jenis ini efektif untuk menanggulangi kebakaran jenis cairan yang mudah terbakar dan peralatan listrik bertegangan (kebakaran kelas B dan C). Bahan pemadaman api gas Halon biasanya terdiri dari unsur-unsur kimia seperti chlorine, flourine, bromide dan iodine.
  5. Jenis CO2. Bahan pemadam jenis CO2 efektif untuk memadamkan kebakaran kelas B (minyak) dan C (listrik). Berfungsi untuk mengurangi kadar oksigen dan efektif untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di dalam ruangan (indoor). Pemadaman dengan gas arang ini dapat mengurangi kadar oksigen sampai dibawah 12%.

Alat Pelindung Diri di Laboratorium

Alat Pelindung Diri adalah salah satu alat yang harus tersedia di laboratorium. Digunakan untuk perlindungan badan,  mata, pernapasan dan kaki.
Peralatan dan pakaian perlindungan diri adalah suatu penghalang untuk memperkecil resiko paparan terhadap aerosol, percikan dan inokulasi tak sengaja. Pakaian dan peralatan yang dipilih bergantung pada tempat pekerjaan dilakukan. Pakaian pelindung harus dikenakan ketika bekerja di laboratorium. Sebelum meninggalkan laboratorium, pakaian pelindung harus dibuka, dan tangan harus dicuci.
Perlindungan Badan
Jas Laboratorium lebih baik seluruhnya tertutup dengan kancing.  Namun, jas laboratorium dengan lengan panjang, bukaan di belakang akan memberikan perlindungan lebih baik dibanding jas laboratorium yang umum digunakan dan lebih disarankan untuk digunakan pada laboratorium mikrobiologi  untuk pekerjaan yang berhubungan dengan kabinet Biosafety.
Jas laboratorium dirancang untuk melindungi kulit dan pakaian dari bahan kimia yang mungkin tumpah. Jas  ini harus selalu dipakai dan lebih baik jika panjangnya selutut. Ada beberapa jenis mantel laboratorium yang berbeda untuk jenis perlindungan yang berbeda;
  • Kapas melindungi dari objek inhalasi, tepian yang keras atau tajam dan pada umumnya perlindungan terhadap api
  • Wol melindungi dari percikan bahan yang dicairkan, cuka dalam jumlah kecil, dan nyala api kecil
  • Serat Buatan melindungi dari percikan dan radiasi inframerah atau ultra ungu.
  • Bahan anti statik
Jas laboratorium dari serat buatan dapat meningkatkan beberapa resiko laboratorium. Sebagai contoh, beberapa bahan pelarut bisa menghancurkan beberapa kelas serat buatan tertentu, dengan demikian mengurangi efek perlindungan dari mantel tersebut. Sebagai tambahan, pada kontak dengan nyala api, beberapa serat buatan akan meleleh. Jas  Laboratorium juga dapat   dibuat dengan snaps/fasteners yang membuat pemakai bisa bergerak cepat dalam suatu keadaan darurat.
Celemek merupakan suatu alternatif untuk mantel laboratorium. Pada umumnya dibuat dari plastik atau karet untuk melindungi pemakai terhadap bahan kimia bersifat menghancurkan. Celemek atau apron harus dikenakan di atas jas laboratorium jika diperlukan untuk memberi perlindungan terhadap tumpahan bahan kimia atau bahan biologi seperti darah atau cairan kultur.
Perlindungan Mata
Pemilihan peralatan untuk melindungi mata dan wajah dari percikan dan dampak dari objek tergantung pada aktivitas yang dilakukan. Perlindungan mata sangat mudah untuk dirasakan karena alat ini berfungsi langsung. Untuk orang-orang yang tidak biasa menggunakan kacamata, sangat tidak nyaman  untuk memakai kacamata, karena bersifat membatasi.
Percikan bahan kimia dan objek terbang mungkin ditemui di setiap waktu di dalam Iingkungan laboratorium. Karena alasan inilah, perlindungan mata sangatlah penting. Penggunaan pelindung mata harus nyaman dipakai, tepat bertengger di mata dan wajah, dan tidak terganggu dengan kegiatan pemakai. Jika diperlukan harus ada tanda di pintu yang menyatakan kewajiban untuk memakai pelindung mata sebelum memasuki ruangan.
Pelindung mata harus dikenakan ketika menggunakan:
  • Benda yang tajam (kaustik), yang bersifat memusnahkan, atau bersifat iritasi
  • Barang pecah belah di ruang hampa atau tekanan yang (ditambah atau dikurangi)
  • Bahan karsinogenik
  • Bahan mudah terbakar
  • Bahan radioaktif
  • Bahan ledak
  • Laser (diperlukan perlindungan lensa khusus) Cahaya UV (diperlukan perlindungan lensa khusus)
  • Biohazards
Pelindung mata juga harus dikenakan ketika melakukan kegiatan : pengelasan, sanding, penggerindaan, pengeboran, penggergajian. Peralatan perlindungan mata harus mudah untuk dibersihkan dan disinfekasi. Pelindung mata harus selalu dijaga dalam kondisi yang baik.
Lensa kontak tidak boleh secara rutin dikenakan di laboratorium. Personil Laboratorium yang harus memakai lensa kontak selagi melakukan kerja di laboratorium harus waspada dengan resiko sebagai berikut :
  1. akan tidak mungkin untuk memindahkan lensa kontak dari mata untuk mengikuti masukan beberapa bahan kimia ke dalam area mata,
  2. Lensa kontak dipasang di mata akan mengganggu prosedur pembilasan,
  3. Lensa kontak bisa menjerat bahan padat di dalam mata. Penggunaan lensa kontak harus dipertimbangkan secara hati-hati, dengan pertimbangan ekstra untuk memilih perlindungan mata yang pas di atas mata dan di sekitar wajah.
Perlindungan Pernapasan
Dikarenakan beberapa prosedur laboratorium tertentu menghasilkan uap beracun dan zat pencemar, diperlukan perlindungan pernapasan di lingkungan pekerjaan. Perlindungan pernapasan digunakan ketika melakukan pekerjaan dengan prosedur beresiko tinggi (misal: pembersihan dari tumpahan bahan terinfeksi). Pemilihan antara masker dan respirator, beserta jenis respirator akan tergantung pada jenis resikonya.
Respirator memiliki saringan yang dapat diganti-ganti sebagai perlindungan terhadap gas, uap, partikulat dan mikroorganisme. Perlu diingat bahwa tidak ada saringan selain dari saringan HEPA yang akan memberi perlindungan terhadap mikroorganisme, sehingga saringan harus disesuaikan benar dengan jenis respirator. Untuk mencapai perlindungan optimal, respirator harus cocok dengan wajah pemakai dan diujikan. Respirator disatukan dengan pemasok udara integral yang menyediakan perlindungan penuh. Dibutuhkan saran dari orang yang berkompeten, misalnya: ahli kesehatan, untuk pemilihan respirator yang benar.
Perlindungan Tangan
Pencemaran tangan bisa terjadi ketika prosedur laboratorium dilakukan. Tangan juga sangat peka terhadap luka akibat “benda tajam”. Sarung tangan latek sekali pakai atau jenis sarung tangan untuk operasi berbahan vinil digunakan secara luas untuk pekerjaan laboratorium, dan untuk menangani cairan badan dan darah serta senyawa terinfeksi. Sarung tangan sekali pakai juga bisa digunakan tetapi perhatian lebih harus diberikan pada proses pencucian, pemindahan, pembersihan dan penyuci hamaan.
Sarung tangan harus segera dipindahkan dan tangan harus segera dicuci setelah penanganan bahan terinfeksi, setelah melakukan pekerjaan didalam kabinet Biosafety dan sebelum meninggalkan laboratorium. Sarung tangan sekali pakai harus langsung dimusnahkan bersama dengan limbah laboratorium terinfeksi.
Reaksi alergi seperti infeksi kulit dan hipersensitivitas harus segera dilaporkan di laboratorium dan pekerja lain yang memakai sarung tangan latek, terutama yang menggunakan tepung. Alternatif lain seperti latek bebas tepung atau sarung tangan vinil dapat digunakan jika terjadi masalah.
Merupakan suatu gagasan baik untuk selalu memakai sarung tangan pelindung di dalam laboratorium. Selain bertindak sebagai suatu pelindung antara tangan dengan bahan yang penuh resiko, beberapa sarung tangan juga dapat menyerap peluh atau melindungi tangan dari panas. Karena sarung tangan jenis tertentu dapat hancur jika bersentuhan dengan bahan pelarut, penting untuk memberi perhatian ekstra antara sarung tangan pelindung dengan sifat alami pekerjaan yang akan dilakukan. Sebelum penggunaan, lakukan pemeriksaan untuk memastikan sarung tangan (terutama sarung tangan lateks) ada dalam kondisi yang baik dan bebas dari lubang, dan kebocoran.
Ketika bekerja dengan bahan yang bersifat menghancurkan, kenakan sarung tangan tebal. Ambil tindakan pencegahan ekstra yaitu pengecekan lubang dan kebocoran. Ketika melepas sarung tangan, berhati-hatilah. Buka sarung tangan, mulai dari pergelangan tangan dan bergerak ke arah jari. Jauhkan permukaan sarung tangan dari kontak dengan tangan selama pelepasan. Sarung tangan yang telah terkontaminasi harus dibuang di kontainer berdisain khusus (misal: kontainer radioaktif atau limbah biohazard). Cuci tangan sesegera mungkin setelah pelepasan sarung tangan pelindung.
Perlindungan Kaki
Perlindungan Kaki dirancang untuk mencegah luka-luka dari bahan kimia bersifat menghancurkan, bahan-bahan berat, goncangan elektrik, seperti misalnya memberi daya tarik pada lantai basah. Jika suatu objek bersifat korosif, berbahan kimia atau objek berat jatuh ke lantai, bagian yang paling rentan pada badan adalah kaki. Karena alasan inilah, sepatu yang dengan sepenuhnya menutup dan melindungi kaki, direkomendasikan.
Sepatu buatan pabrik, seperti sepatu tenis, bersifat menyerap cairan. Jika bahan­kimia tumpah di atas sepatu pabrik, buka alas kaki seketika. Ketika memilih alas kaki untuk laboratorium, pilihlah sepatu kokoh yang menutupi seluruh kaki. Hal ini akan menyediakan perlindungan terbaik.
Sepatu jenis berikut tidak boleh dikenakan di laboratorium:sandal,sandal kayu,sepatu tumit tinggi, sepatu yang terbuka.
Jenis jenis alas kaki yang direkomendasikan adalah :
  • Sepatu keselamatan (steel-toed) melindungi dari luka-luka disebabkan oleh dampak dari objek apapun selama aktivitas kerja (misal: pengangkatan bahan yang berat, menggunakan perkakas bertenaga besar, dll).
  • Sepatu treated, sepatu boot karet atau tutup sepatu plastik melindungi dari bahan­vkimia bersifat menghancurkan.
  • Sepatu Insulated melindungi dari goncangan elektrik
  • Sepatu boot karet dengan anti selip pada bagian luar sol menyebabkan daya tarik di dalam kondisi basah dimana terjadi kemungkinan selip. Sepatu keselamatan, sepatu boot karet atau tutup sepatu plastik melindungi dari jenis spesifik pencemaran kimia dan seperti sarung tangan harus dipilih untuk jenis resiko yang tepat.
Perlindungan Pendengaran
Jenis perlindungan telinga meliputi:
  • Busa telinga menyediakan perlindungan dasaruntuk mengunci telinga terhadap suara gaduh.
  • Muffs telinga menyediakan perlindungan ekstra terhadap suara gaduh, dan lebih nyaman dipakai dibandingkan busa telinga.
  • Kapas yang dimasukkan adalah penekan suara bising yang tidak tepat dan tidak boleh digunakan.