Senin, 22 September 2014

Cara Penyimpahan Bahan Kimia

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya.  Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya.
Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas.
2.      Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan uap air.  Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga manusia.  Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap.  Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label.  Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik.  Pada tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus.  Api dari bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak.  Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :
a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udara
b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api
c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya
d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panas
e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
h. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodik
4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)[10]
Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat penyimpanan harus berjarak minimum 60[meter] dari sumber tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin.  Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak digunakan.  Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan.  Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api.  Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara.  Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar.  Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api.  Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun mengeluarkan panas atau gas-gas yang mudah menyala.  Karena banyak dari bahan ini yang mudah terbakar maka tempat penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang simpan.
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-gas yang mudah menyala.  Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala.  Bahan asam dan uap dapat menyerang bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi.  Jika konstruksi gudang trbuat dari logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap bahan asam.
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan.  Ruang penyimpanan harus dijaga agar sejuk , bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada peredaran hawanya.  Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.
9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)
Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek somatik dapat akut atau kronis.  Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad] sampai 5000[Rad] yang dapat menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan sindroma kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis terjadi pada dosis yang rendah.  Efek genetik mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada keturunan.  Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang mengandung radioaktif.  Pemakai zat radioaktif dan sumber radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja dengan zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari BATAN.  Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk memproteksi radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan, packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara.  Peraturan perundangan mengenai bahan radioaktif diantaranya :
  • Undang-Undang Nomor 31/64 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom
  • Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap radiasi
  • Peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang izin Pemakaian Zat Radioaktif dan atau Sumber Radiasi lainnya
  • Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan Zat Radioaktif

Minggu, 21 September 2014

Menangani Tumpahan Bahan Kimia

Pembuangan Limbah
Secara umum, metoda pembuangan limbah laboratorium terbagi atas empat metoda.
Pertama, pembuangan langsung dari laboratorium. Metoda pembuangan langsung ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat larut dala air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd, dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.
Kedua, dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
Ketiga, pembakaran dalan insenerator. Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan untuk bahan-bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat toksik.
Keempat, dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air. Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun.

Penanganan dan Pemusnahan Bahan Kimia Tumpahan
Disamping metoda-metoda yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa jenis tumpahan bahan kimia sisa yang perlu mendapatkan perlakuan khusus sebelum dibuang keperairan. Bahkan diantaranya perlu dimusnahkan sebelum dibuang. Diantara bahan-bahan kimia tersebut antara lain ;
1. Tumpahan Asam-asam Anorganik
Tumpahan asam-asam anorganik seperti HCl, HF, HNO3, H3PO4, H2SO4 haruslah diperlakukan dengan penanganan khusus. Bahan tumpahan tersebut permukaannya ditutup dengan NaHCO3atau campuran NaOH dan Ca(OH)2 dengan perbandingan1:1. Selanjutnya diencerkan dengan air supaya brbentuk bubur dan selanjutnya dibuang kebak pembuangan air limbah.
Basa Akali dan Amonia
Tumpahan basa-basa alkali dan ammonia seperti amonia anhidrat, Ca(OH)2, dan NaOH dapat ditangani dengan mengencerkannya dengan air dan dinetralkan dengan HCl 6 M. Kemudian diserap dengan kain dan dibuang.
3. Bahan-Bahan Kimia Oksidator
Tumpahan bahan-bahan kimia oksidator (padat maupun cair) seperti amonium dikromat, amonium perklorat, asam perklorat, dan sejenisnya dicampur dengan reduktor (seperti garam hypo, bisulfit, ferro sulfat) dan ditambahkan sedikit asam sulfat 3 M. selanjutnya campuran tersebut dinetralkan dan dibuang.
4. Bahan-Bahan Kimia Reduktor
Tumpahan bahan-bahan kimia reduktor ditutup atau dicampurkan dengan NaHCO3 (reaksi selesai) dan dipindahkan ke suatu wadah.. Selanjutnya kedalam campuran tersebut ditambahkan Ca(OCl)2 secara perlahan-lahan dan air (biarkan reaksi selesai). Setelah reaksi selesai cmpuran diencerkan dan dinetralkan sebelum dibuang ke perairan.
Untuk pemusnahan bahan reduktor (seperti Natrium bisulfit, NaNO2, SO, Na2SO2) dapat dipisahkan antara bentuk gas dan padat. Untuk gas (SO2), alirkan kedalam larutan NaOH atau larutan kalsium hipoklorit. Untu k padatan, campurkan dengan NaOH (1:1) dan ditambahkan air hingga terbentuk slurry. Slurry yang terbentuk ditambahkan kalsium hipoklorit dan air dan dibiarkan selama 2 jam. Selanjutnya dinetralkan dan dibuang ke perairan.
Sianida dan Nitril
Tumpahan sianida ditangani dengan menyerap tumpahan tersebut dengan kertas/tissu dan diuapkan dalam lemari asam, dibakar, atau dipindahkan kedalam wadah dan dibasakan dengan NaOH dan diaduk hingga terbentuk slurry. Kemudian ditambahkan ferro sulfat berlebih dan dibiarkan lebh kurang 1 jam dan dibuang keperairan.
Pemusnahan sianda dapat dilakukan dengan cara menambahkan kedalamnya larutan asa dan kalsium hipoklorit berlebih dan dibiarkan 24 jam. Selanjutnya dibuang ke perairan.
Untuk tumpahan nitril, ditambahkan NaOH berlebih dan Ca(OCl)2. setelah satu jam dibuang keperairan. Cuci bekas wadah dengan larutan hipoklorit.
Pemusnahan nitril dilakukan dengan menambahkan kadalamnya NaOH dan alkohol. Setelah 1 jam uapkan alkohol dan ditambahkan larutan basa kalsium hipoklorit. Setelah 24 jam dapat dibuang ke perairan.

APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Type-type APAR
Berdasarkan penjelasan dari Depnaker, APAR memiliki 2 type konstruksi, yaitu :
  1. Type Tabung Gas (Gas Container Type). Yaitu suatu pemadam yang bahan pemadamnya didorong keluar oleh gas bertekanan yang dilepas dari tabung gas.
  2. Type Tabung Bertekanan Tetap (Stored Pressure Type). Yaitu suatu pemadam yang bahan pemadamnya didorong keluar gas kering tanpa bahan kimia aktif atau udara kering yang disimpan bersama dengan tepung pemadamnya dalam keadaan bertekanan.
Jenis-jenis APAR
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) terdiri dari beberapa jenis, antara lain :
  1. Jenis Air (Water). APAR jenis air terdapat dalam bentuk stored pressure type (tersimpan bertekanan) dan gas cartridge type (tabung gas). Sangat baik digunakan untuk pemadaman kelas A.
  2. Jenis Busa (Foam). Jenis busa adalah bahan pemadam api yang efektif untuk kebakaran awa minyak. Biasanya digunakan dari bahan tepung aluminium sulfat dan natrium bicarbonat yang keduanya dilarutkan dalam air. Hasilnya adalah busa yang volumenya mencapai 10 kali lipat. Pemadaman api oleh busa merupakan sistem isolasi, yaitu untuk mencegah oksigen untuk tidak ikut dalam reaksi.
  3. Jenis Tepung Kimia Kering (Dry Chemical Powder). Jenis ini efektif untuk kebakaran kelas B dan C dan juga bisa kelas A. Tepung serbuk kimia kering berisi dua macam bahan kimia, yaitu Sodium Bicarboanat & Natrium Bicarbonat, Gas CO2 atau nitrogen sebagai pendorong. Khusus untuk pemadaman kelas D (logam) seperti Magnesium, Titanium, Zarcanium, dan lain-lain digunakan metal-dry powder yaitu campuran Sodium, Potasium, dan Barium Chloride.
  4. Jenis Halon. APAR jenis ini efektif untuk menanggulangi kebakaran jenis cairan yang mudah terbakar dan peralatan listrik bertegangan (kebakaran kelas B dan C). Bahan pemadaman api gas Halon biasanya terdiri dari unsur-unsur kimia seperti chlorine, flourine, bromide dan iodine.
  5. Jenis CO2. Bahan pemadam jenis CO2 efektif untuk memadamkan kebakaran kelas B (minyak) dan C (listrik). Berfungsi untuk mengurangi kadar oksigen dan efektif untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di dalam ruangan (indoor). Pemadaman dengan gas arang ini dapat mengurangi kadar oksigen sampai dibawah 12%.

Alat Pelindung Diri di Laboratorium

Alat Pelindung Diri adalah salah satu alat yang harus tersedia di laboratorium. Digunakan untuk perlindungan badan,  mata, pernapasan dan kaki.
Peralatan dan pakaian perlindungan diri adalah suatu penghalang untuk memperkecil resiko paparan terhadap aerosol, percikan dan inokulasi tak sengaja. Pakaian dan peralatan yang dipilih bergantung pada tempat pekerjaan dilakukan. Pakaian pelindung harus dikenakan ketika bekerja di laboratorium. Sebelum meninggalkan laboratorium, pakaian pelindung harus dibuka, dan tangan harus dicuci.
Perlindungan Badan
Jas Laboratorium lebih baik seluruhnya tertutup dengan kancing.  Namun, jas laboratorium dengan lengan panjang, bukaan di belakang akan memberikan perlindungan lebih baik dibanding jas laboratorium yang umum digunakan dan lebih disarankan untuk digunakan pada laboratorium mikrobiologi  untuk pekerjaan yang berhubungan dengan kabinet Biosafety.
Jas laboratorium dirancang untuk melindungi kulit dan pakaian dari bahan kimia yang mungkin tumpah. Jas  ini harus selalu dipakai dan lebih baik jika panjangnya selutut. Ada beberapa jenis mantel laboratorium yang berbeda untuk jenis perlindungan yang berbeda;
  • Kapas melindungi dari objek inhalasi, tepian yang keras atau tajam dan pada umumnya perlindungan terhadap api
  • Wol melindungi dari percikan bahan yang dicairkan, cuka dalam jumlah kecil, dan nyala api kecil
  • Serat Buatan melindungi dari percikan dan radiasi inframerah atau ultra ungu.
  • Bahan anti statik
Jas laboratorium dari serat buatan dapat meningkatkan beberapa resiko laboratorium. Sebagai contoh, beberapa bahan pelarut bisa menghancurkan beberapa kelas serat buatan tertentu, dengan demikian mengurangi efek perlindungan dari mantel tersebut. Sebagai tambahan, pada kontak dengan nyala api, beberapa serat buatan akan meleleh. Jas  Laboratorium juga dapat   dibuat dengan snaps/fasteners yang membuat pemakai bisa bergerak cepat dalam suatu keadaan darurat.
Celemek merupakan suatu alternatif untuk mantel laboratorium. Pada umumnya dibuat dari plastik atau karet untuk melindungi pemakai terhadap bahan kimia bersifat menghancurkan. Celemek atau apron harus dikenakan di atas jas laboratorium jika diperlukan untuk memberi perlindungan terhadap tumpahan bahan kimia atau bahan biologi seperti darah atau cairan kultur.
Perlindungan Mata
Pemilihan peralatan untuk melindungi mata dan wajah dari percikan dan dampak dari objek tergantung pada aktivitas yang dilakukan. Perlindungan mata sangat mudah untuk dirasakan karena alat ini berfungsi langsung. Untuk orang-orang yang tidak biasa menggunakan kacamata, sangat tidak nyaman  untuk memakai kacamata, karena bersifat membatasi.
Percikan bahan kimia dan objek terbang mungkin ditemui di setiap waktu di dalam Iingkungan laboratorium. Karena alasan inilah, perlindungan mata sangatlah penting. Penggunaan pelindung mata harus nyaman dipakai, tepat bertengger di mata dan wajah, dan tidak terganggu dengan kegiatan pemakai. Jika diperlukan harus ada tanda di pintu yang menyatakan kewajiban untuk memakai pelindung mata sebelum memasuki ruangan.
Pelindung mata harus dikenakan ketika menggunakan:
  • Benda yang tajam (kaustik), yang bersifat memusnahkan, atau bersifat iritasi
  • Barang pecah belah di ruang hampa atau tekanan yang (ditambah atau dikurangi)
  • Bahan karsinogenik
  • Bahan mudah terbakar
  • Bahan radioaktif
  • Bahan ledak
  • Laser (diperlukan perlindungan lensa khusus) Cahaya UV (diperlukan perlindungan lensa khusus)
  • Biohazards
Pelindung mata juga harus dikenakan ketika melakukan kegiatan : pengelasan, sanding, penggerindaan, pengeboran, penggergajian. Peralatan perlindungan mata harus mudah untuk dibersihkan dan disinfekasi. Pelindung mata harus selalu dijaga dalam kondisi yang baik.
Lensa kontak tidak boleh secara rutin dikenakan di laboratorium. Personil Laboratorium yang harus memakai lensa kontak selagi melakukan kerja di laboratorium harus waspada dengan resiko sebagai berikut :
  1. akan tidak mungkin untuk memindahkan lensa kontak dari mata untuk mengikuti masukan beberapa bahan kimia ke dalam area mata,
  2. Lensa kontak dipasang di mata akan mengganggu prosedur pembilasan,
  3. Lensa kontak bisa menjerat bahan padat di dalam mata. Penggunaan lensa kontak harus dipertimbangkan secara hati-hati, dengan pertimbangan ekstra untuk memilih perlindungan mata yang pas di atas mata dan di sekitar wajah.
Perlindungan Pernapasan
Dikarenakan beberapa prosedur laboratorium tertentu menghasilkan uap beracun dan zat pencemar, diperlukan perlindungan pernapasan di lingkungan pekerjaan. Perlindungan pernapasan digunakan ketika melakukan pekerjaan dengan prosedur beresiko tinggi (misal: pembersihan dari tumpahan bahan terinfeksi). Pemilihan antara masker dan respirator, beserta jenis respirator akan tergantung pada jenis resikonya.
Respirator memiliki saringan yang dapat diganti-ganti sebagai perlindungan terhadap gas, uap, partikulat dan mikroorganisme. Perlu diingat bahwa tidak ada saringan selain dari saringan HEPA yang akan memberi perlindungan terhadap mikroorganisme, sehingga saringan harus disesuaikan benar dengan jenis respirator. Untuk mencapai perlindungan optimal, respirator harus cocok dengan wajah pemakai dan diujikan. Respirator disatukan dengan pemasok udara integral yang menyediakan perlindungan penuh. Dibutuhkan saran dari orang yang berkompeten, misalnya: ahli kesehatan, untuk pemilihan respirator yang benar.
Perlindungan Tangan
Pencemaran tangan bisa terjadi ketika prosedur laboratorium dilakukan. Tangan juga sangat peka terhadap luka akibat “benda tajam”. Sarung tangan latek sekali pakai atau jenis sarung tangan untuk operasi berbahan vinil digunakan secara luas untuk pekerjaan laboratorium, dan untuk menangani cairan badan dan darah serta senyawa terinfeksi. Sarung tangan sekali pakai juga bisa digunakan tetapi perhatian lebih harus diberikan pada proses pencucian, pemindahan, pembersihan dan penyuci hamaan.
Sarung tangan harus segera dipindahkan dan tangan harus segera dicuci setelah penanganan bahan terinfeksi, setelah melakukan pekerjaan didalam kabinet Biosafety dan sebelum meninggalkan laboratorium. Sarung tangan sekali pakai harus langsung dimusnahkan bersama dengan limbah laboratorium terinfeksi.
Reaksi alergi seperti infeksi kulit dan hipersensitivitas harus segera dilaporkan di laboratorium dan pekerja lain yang memakai sarung tangan latek, terutama yang menggunakan tepung. Alternatif lain seperti latek bebas tepung atau sarung tangan vinil dapat digunakan jika terjadi masalah.
Merupakan suatu gagasan baik untuk selalu memakai sarung tangan pelindung di dalam laboratorium. Selain bertindak sebagai suatu pelindung antara tangan dengan bahan yang penuh resiko, beberapa sarung tangan juga dapat menyerap peluh atau melindungi tangan dari panas. Karena sarung tangan jenis tertentu dapat hancur jika bersentuhan dengan bahan pelarut, penting untuk memberi perhatian ekstra antara sarung tangan pelindung dengan sifat alami pekerjaan yang akan dilakukan. Sebelum penggunaan, lakukan pemeriksaan untuk memastikan sarung tangan (terutama sarung tangan lateks) ada dalam kondisi yang baik dan bebas dari lubang, dan kebocoran.
Ketika bekerja dengan bahan yang bersifat menghancurkan, kenakan sarung tangan tebal. Ambil tindakan pencegahan ekstra yaitu pengecekan lubang dan kebocoran. Ketika melepas sarung tangan, berhati-hatilah. Buka sarung tangan, mulai dari pergelangan tangan dan bergerak ke arah jari. Jauhkan permukaan sarung tangan dari kontak dengan tangan selama pelepasan. Sarung tangan yang telah terkontaminasi harus dibuang di kontainer berdisain khusus (misal: kontainer radioaktif atau limbah biohazard). Cuci tangan sesegera mungkin setelah pelepasan sarung tangan pelindung.
Perlindungan Kaki
Perlindungan Kaki dirancang untuk mencegah luka-luka dari bahan kimia bersifat menghancurkan, bahan-bahan berat, goncangan elektrik, seperti misalnya memberi daya tarik pada lantai basah. Jika suatu objek bersifat korosif, berbahan kimia atau objek berat jatuh ke lantai, bagian yang paling rentan pada badan adalah kaki. Karena alasan inilah, sepatu yang dengan sepenuhnya menutup dan melindungi kaki, direkomendasikan.
Sepatu buatan pabrik, seperti sepatu tenis, bersifat menyerap cairan. Jika bahan­kimia tumpah di atas sepatu pabrik, buka alas kaki seketika. Ketika memilih alas kaki untuk laboratorium, pilihlah sepatu kokoh yang menutupi seluruh kaki. Hal ini akan menyediakan perlindungan terbaik.
Sepatu jenis berikut tidak boleh dikenakan di laboratorium:sandal,sandal kayu,sepatu tumit tinggi, sepatu yang terbuka.
Jenis jenis alas kaki yang direkomendasikan adalah :
  • Sepatu keselamatan (steel-toed) melindungi dari luka-luka disebabkan oleh dampak dari objek apapun selama aktivitas kerja (misal: pengangkatan bahan yang berat, menggunakan perkakas bertenaga besar, dll).
  • Sepatu treated, sepatu boot karet atau tutup sepatu plastik melindungi dari bahan­vkimia bersifat menghancurkan.
  • Sepatu Insulated melindungi dari goncangan elektrik
  • Sepatu boot karet dengan anti selip pada bagian luar sol menyebabkan daya tarik di dalam kondisi basah dimana terjadi kemungkinan selip. Sepatu keselamatan, sepatu boot karet atau tutup sepatu plastik melindungi dari jenis spesifik pencemaran kimia dan seperti sarung tangan harus dipilih untuk jenis resiko yang tepat.
Perlindungan Pendengaran
Jenis perlindungan telinga meliputi:
  • Busa telinga menyediakan perlindungan dasaruntuk mengunci telinga terhadap suara gaduh.
  • Muffs telinga menyediakan perlindungan ekstra terhadap suara gaduh, dan lebih nyaman dipakai dibandingkan busa telinga.
  • Kapas yang dimasukkan adalah penekan suara bising yang tidak tepat dan tidak boleh digunakan.

Senin, 15 September 2014

Material Safety Data Sheet


MSDS (Material Safety Data Sheet) atau Lembar Data Keselamatan Bahan ini merupakan versi dijital dari versi cetak yang telah diterbitkan sebanyak 5 (lima) jilid. Untuk versi dijital ini, untuk sementara masih dibuka secara cuma-cuma untuk seluruh bagian, namun setelah lengkap sebagian akses akan ditutup hanya untuk pemakai teregistrasi.
Lembar Data keselamatan Bahan (LDKB) merupakan kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya. Lembar data yang didesain mirip MSDS ini disusun secara ringkas, skematik dan dalam bahasa Indonesia agar mudah dimengerti dan dipahami.
Pembuatan LDKB dimaksudkan sebagai informasi acuan bagi para pekerja dan supervisor yang menangani langsung dan mengelola bahan kimia berbahaya dalam industri maupun laboratorium kimia. Dengan informasi tersebut diharapkan seseorang akan mempunyai naluri untuk mencegah dan menghindari serta mampu menanggulangi kecelakaan kimia yang mungkin terjadi. Informasi dalam LDKB ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan mendorong sikap kehati-hatian dalam menangani bahan kimia berbahaya.
LDKB merupakan terjemahan dari MSDS dari luar negeri, namun merupakan kumpulan informasi keselamatan dari banyak buku, leaflet, jurnal dan pengalaman penulis selama lebih dari 30 tahun bekerja dengan dan mengenal bahan kimia. Diantara sumber informasi yang digunakan adalah :
  • CHEMINFO, Canadian Centre for Occupational Health and Safety.
  • Extremely Hazardous Substance, Vol. I dan II, US Enviromental Protection Agency, Noyes Data Corp. (1998).
  • Keith L.H. and Walters D.B., Compendium of Safety Data Sheets for Research and Industrial Chemical, VCH Publishers (1985).
  • Bretherik L., Handbook of Reactive Chemical Hazards (2nd Ed.), Butterworth (1974).
  • Manufacturing Chemistry Association, Guide for Safety in the Chemical Laboratory, Van Nostrand Reinhold, NY (1971).
  • World Health Organization, IPCS International Programme on Chemical Safety (1998).
Cara memahami LDKB :


  1. Identifikasi bahan :
    Bagian ini menjelskan nama bahan kimia, dan meliputi :
    1. Nomur urut LDKB.
    2. CAS (Chemical Abstract Servicesregistry Number International se[erti halnya nomor RTECS (registry Toxic Effects of Chemical Substances).
    3. Sinonim, baik dalam nama kimia maupun nama dagang.
    4. Rumus dan berat molekul.
  2. Label bahaya :
    Label bahaya diberikan dalam bentuk gambrar untuk memberikan gambaran cepat sifat bahaya. Label yang dipakai ada dua, yaitu menurut PBB (internasional) dan NFPA (Amerika). Label bahaya menurut Eropa tidak diberikan karena mirip dengan PBB. Label NFPA ditunjukkan di gambar dan tabel dibawah, berupa 4 kotak yang mempunyai ranking bahaya (0-4) ditinjau dari aspek bahaya kesehatan (biru), bahaya kebakaran (merah) dan reaktivitas (kuning). Kotak putih untuk ketarangan tambahan.
    RANKINGBAHAYA KESEHATANBAHAYA KEBAKARANBAHAYA REAKTIVITAS
    4Penyebab kematian, cedera fatal meskipun ada pertolongan.Segera menguap dalam keadaan normal dan dapat terbakar secara cepat.Mudah meledak atau diledakkan, sensitif terhadap panas danmekanik.
    3Berakibat serius pada keterpaan singkat, meskipun ada pertolongan.Cair atau padat dapat dinyalakan pada suhu biasa.Mudah meledak tetapi memerlukan penyebab panas dan tumbukan kuat.
    2Keterpaan intensif dan terus-menerus berakibat serius, kecuali ada pertolongan.Perlu sedikit ada pemanasan sebelum bahan dapat dibakar.Tidak stabil, bereaksi hebat tetapi tidak meledak.
    1Penyebab iritasi atau cedera ringan.Datap dibakar tetapi memerlukan pemanasan terlebih dahulu.Stabil pada suhu normal, tetapi tidak stabil pada suhu tinggi.
    0Tidak berbahaya bagi kesehatan meskipun kena panas (api).Bahan tidak dapat dibakar sama sekali.Stabil, tidak reaktif, meskipun kena panas atau suhu tinggi.
  3. Informasi bahan singkat :
    Informasi singkat mengenai jenis bahan, wujud, manfaat serta bahaya-bahaya utamanya. Dari informasi singkat dan label bahaya, secara cepat bisa dipahami kehati-hatian dalam menangani bahan kimia tersebut.
  4. Sifat-sifat bahaya :
    1. Bahaya kesehatan :
      Bahaya terhadap kesehatan dinyatakan dalam bahaya jangka pendek (akut) dan jangka panjang (kronis). NAB (Nilai Ambang Batas) diberikan dalam satuan mg/m3 atau ppm. NAB adalah konsentrasi pencemaran dalam udara yang boleh dihirup seseorang yang bekerja selama 8 jam/hari selama 5 hari. Beberapa data berkaitan dengan bahaya kesehatan juga diberikan, yakni :
      • LD-50 (lethal doses) : dosis yang berakibat fatal terhadap 50 persen binatang percobaan mati.
      • LC-50 (lethal concentration) : konsentrasi yang berakibat fatal terhadap 50 persen binatang percobaan.
      • IDLH (immediately dangerous to life and health) : pemaparan yang berbahaya terhadap kehidupan dan kesehatan.
    2. Bahaya kebakaran :
      Ini termasuk kategori bahan mudah terbakar, dapat dibakar, tidak dapat dibakar atau membakar bahan lain. Kemudahan zat untuk terbakar ditentukan oleh :
      • Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan.
      • Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang dapat dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat dibakar disebut LFL (low flammable limit) dan konsentrasi tertinggi yang masih dapat dinyalakan disebut UFL (upper flammable limit). Sifat kemudahan membakar bahan lain ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.
      • Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.
    3. Bahaya reaktivitas :
      Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik sehingga eksplosif. Atau reaktivitasnya terhadap gas lain menghasilkan gas beracun.
  5. Sifat-sifat fisika :
    Sifat-sifat fisika merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sifat bahaya suatu bahan.
  6. Keselamatan dan pengamanan :
    Diberikan langkah-langkah keselamatn dan pengamanan :
    1. Penanganan dan penyimpanan : usaha keselamatan yang dilakukan apabila bekerja dengan atau menyimpan bahan.
    2. Tumpahan dan kebocoran : usaha pengamanan apabila terjadi bahan tertumpah atau bocor.
    3. Alat pelindung diri : terhadap pernafasan, muka, mata dan kulit sebagai usaha untuk mengurangi keterpaan bahan.
    4. Pertolongan pertama : karena penghirupan uap / gas, terkena mata dan kulit atau tertelan.
    5. pemadaman api : alat pemadam api ringan yang dapat dipakai untuk memadamkan api yang belum terlalu besar dan cara penanggulangan apabila sudah membesar.
  7. Informasi lingkungan :
    Menjelaskan bahaya terhadap lingkungan dan bagaimana menangani limbah atau buangan bhan kimia baik berupa padat, cair maupun gas. Termasuk di dalamnya cara pemusnahan.

Simbol Kimia Berbahaya di Laboratorium


Berkenalan dengan Lambang-Lambang Bahaya dari Bahan Kimia – Bersentuhan dengan dunia kimia tentu saja akan berhadapan dengan berbagai jenis bahan kimia. Jenis-jenis bahan kimia yang terdapat di dalam laboratorium tentu saja memiliki sifat masing-masing. Biasanya akan terlihat pada botol sebagai kemasan bahan kimia tersebut dalam bentuk lambang atau simbol.
Lambang-lambang bahaya dari bahan kimia sebaiknya diketahui agar bisa mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Kecelakaan dalam laboratorium bisa dicegah jika pandai mengelola bahan kimia yang ada. Tidak sembarangan mengambil/mengolah yang pada akhirnya berakibat pada diri sendiri juga. Untuk itu kali ini akan memberikan lambang-lambang bahaya dari bahan kimia.
Bahan ini biasanya diserta dengan lambang E yang berasal dari kata explosive atau mudah meledak. Jika menemukan lambang bahaya ini pada botol atau kemasan bahan kimia, sebaiknya hati-hati dalam menggunakannya. Salah satu contoh bahan kimia yang seperti ini adalah trinitrotoluena (TNT). Oleh karena itu hindari benturan, gesekan, suhu panas dan loncatan api terhadap bahan kimia yang mudah meledak ini.
 Lambang Eksplosif1 Berkenalan dengan Lambang Lambang Bahaya dari Bahan Kimia
Lambang dengan gambar tengkorak ini biasanya dilengkapi dengan huruf T atau T+ yang berarti toxic/very toxic. Dalam bahasa Indonesia berarti racun/racun kuat. Diusahakan agar jangan sekali-kali menyentuh, terhisap atau bahkan tertelan karena akibatnya pada kematian. Contoh bahan kimia yang toksik ini antara lain merkuri klorida, arsen triklorida.
 Lambang Corosive Berkenalan dengan Lambang Lambang Bahaya dari Bahan Kimia
Lambang bahaya dengan simbol C (corrosive) satu ini adalah bahan kimia yang bersifat merusak jaringan hidup. Salah satu contoh bahan kimia korosif adalah asam klorida pekat. Pengalaman, kaos kaki yang terkena tetesan asam klorida pekat akan sobek (bolong) seketika. Bayangkan kaos kaki saja bolong apalagi jika terkena kulit.
 Lambang Irritant Berkenalan dengan Lambang Lambang Bahaya dari Bahan Kimia
Lambang bahaya dengan simbol tanda silang ini (X) sebenarnya ada dua jenis, yaitu Xn dan Xi. Untuk kode Xn disebut sebagai harmful atau melukai jaringan atau organ tubuh tetapi sifatnya ringan. Contohnya pada bahan kimia peridin. Jika terhirup dengan kadar yang terlalu tinggi maka akan keracunan. Sedangkan untuk kode Xi disebut sebagai irritant yang sifatnya sedikit lebih berat dibandingkan Xn. Salah satu bahan kimia yang termasuk di lingkarang lambang bahaya X ini adalah ammonia. Sebaiknya tidak terhirup, kontak dengan mata dan kulit karena akan menimbulkan keracunan.
Lambang Flammable Berkenalan dengan Lambang Lambang Bahaya dari Bahan Kimia
Lambang dengan gambar api biasanya disimbolkan dengan huruf F atau flammable. Jika menemukan bahan kimia berlambang bahaya ini, berarti mudah terbakar jika bersentuhan dengan udara, air dan sumber api. Kebanyakan bahan kimia yang bersifat mudah terbakar adalah pelarut-pelarut organik.
 Lambang Oxidizing Berkenalan dengan Lambang Lambang Bahaya dari Bahan Kimia
Lambang O (oxidant substance) ini berarti bahan kimia yang bersifat pengoksidasi. Hidrogen peroksida adalah salah satu contoh bahan kimia dengan sifat tersebut. Jadi sebaiknya dihindarkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar, reduktor dan panas yang tinggi.
Lambang Dangerous Environmental Berkenalan dengan Lambang Lambang Bahaya dari Bahan Kimia
Lambang N disebut juga sebagai dangerous for the environment. Hal ini berarti bahwa bahan kimia tersebut tidak boleh dibuang begitu saja ke lingkungan. Contohnya adalah bahan kimia berupa tetraklorometan. Jadi, sebaiknya diolah dulu sebelum di buang.
Jika menemukan bahan kimia tanpa lambang-lambang bahaya di atas bukan berarti bahwa bahan kimia tersebut aman-aman saja. Bagaimana pun bahan kimia tetaplah bersifat racun untuk masuk ke dalam tubuh kita. Jadi perlu pengetahuan terlebih dahulu sebelum bersentuhan dengan bahan kimia tersebut. Namun, bukan berarti bahwa kimia itu menakutkan. Semakin menantang semakin bagus dan membuat penasaran, bukan?!
- See more at: http://chemistrahmah.com/berkenalan-dengan-lambang-lambang-bahaya-dari-bahan-kimia.html#sthash.W7LnzBTH.dpuf

Minggu, 14 September 2014

ALAT LABORATORIUM BESERTA FUNGSINYA

1. Gelas Breaker
Sebuah gelas adalah wadah yang umum digunakan oleh sebagian besar laboratorium. Fungsinya digunakan untuk mencampur, mengaduk bahan kimia saat dipanaskan. kebanyakan gelas kimia memiliki pegangan untuk membantu memegang gelas dan memiliki bibir gelas untuk menuangkan cairan. Permukaan gelas biasanya terdapat tanda ukuran untuk cairan di dalamnya.  Tidak ada tutup untuk gelas kimia tidak ada, namun kaca arloji (dibahas di bawah) dapat digunakan untuk menutupnya yang akan mencegah kontaminasi atau percikan.
2. Labu didih
Tabung kaca yang memiliki dasar bulat dan leher panjang seperti labu. Hal ini berfungsi berfungsi untuk menahan cairan saat diaduk dan dipanaskan. Labu didih dapat ditutup oleh karet atau kaca sumbat, namun yang perlu diingat adalah jangan pernah memanaskan labu didih ini ketika ditutup, karena tekanan dalam tabung dapat memicu ledakan.
3. Gelas Ukur
Alat ukur utama untuk bahan kimia cairan, terdapat tanda ukuran di sepanjang permukaan wadah dengan penambahan spesifik. Terdapat beberapa ukuran gelas ukur, semakin kecil ukurannya makan akan lebih spesifik mengukur isi caian di dalamnya.
4. Labu ukur
Image result for labu ukur
Bagian bawahnya berbentuk bulat seperti labu dengan leher panjang dan bagian bawah datar. Benda ini digunakan untuk mengukur volume cairan yang tepat. Ada tanda-tanda ukuran kecil di leher botol dengan tutup khusus agar tidak terkontaminasi zat lain. Ingat, bahwa suhu akan mempengaruhi volume, oleh karena itu hindari menggunakan cairan yang akan berfluktuasi terhadap suhu.
5. Buret
Image result for buret
Sebuah buret digunakan untuk mengambil cairan dengan ukuran yang sangat akurat. Berbentuk seperti tabung kaca terbuka di bagian atas dan menyempit di bagian bawah. Jumlah cairan dapat disesuaikan dengan pembukaan keran. Dibagian atas buret terdapat tanda-tanda ukuran cairan yang menunjukkan volume zat cair.
6. Pembakar Bunsen
Image result for bunsen
Pembakaran bunsen adalah alat mekanik yang terhubung ke sumber gas yang mudah terbakar. Ada tombol untuk menyesuaikan jumlah aliran gas dan juga untuk mengontrol aliran udara. Keduanya harus disesuaikan untuk mendapatkan api yang ideal untuk keperluan pemanasan. Keamanan paling diperlukan bila menggunakan alat ini.
7. Pipet
Ada berbagai macam ukuran pipet yang dirancang sesuai kebutuhan percobaan kimia. Namun fungsinya sama yakni untuk mengukur volume yang tepat untuk mengambil cairan dan menempatkannya ke dalam wadah lain.
8. Labu Erlenmeyer
Penemu labu Erlenmeyer namanya digunakan pada tahun 1861, tetapi juga dapat disebut labu kerucut. Labu erlenmeyer memiliki leher sempit dan mengembang dibagian dasarnya. Hal ini memudahkan untuk pencampuran cairan kimia tanpa takut resiko tumpah. Tips keselamatan penting di sini adalah jangan pernah memanaskan labu ini saat sedang di tutup, karena suhu panas akan menimbulkan tekanan.

Perangkat Laboratorium Lainnya

Selain beberapa alat-alat laboratorium kimia di atas, terdapat beberapa perangkat penunjang laboratorium lainnya seperti berikut ini :
  • Kaca arloji – Sepotong kaca arloji berbentuk agak sedikit cekung atau cembung (lensa tipis). kaca arloji ini dapat digunakan untuk menutup gelas kimia (breker) saat dipanaskan
  • Spatula – Spatula (scoopulas) adalah alat untuk mengambil bahan kimia padat yang khas untuk di laboratorium. Misalnya untuk menyendoki bahan kimia dari wadah aslinya ke dalam wadah percobaan.
  • Penjepit – Alat untuk memegang hal-hal yang tidak boleh disentuh dengan tangan. terdapat juga penjepit khusus dibuat untuk menahan gelas,  untuk tabung reaksi, dan sebagainya. Atau untuk mengambil bahan kimia padat yang berpotongan kecil.
  • Termometer – Jenis termometer laboratorium terbuat dari kaca yang digunakan untuk mengukur suhu cairan.
Setiap alat-alat laboratorium ini hendaknya dipakai sesuai dengan kebutuhan dan juga prosedur keamanan yang harus diketahui.